Tulisan Kevin Anggara: Akhirnya Selesai Juga

Minggu, 02 Maret 2014

Akhirnya Selesai Juga

Minggu lalu, saya baru aja mengalami ajang hidup dan mati para pelajar dalam meperjuangkan nilainya. Ya, sebut saja Ujian Tengah Semester, atau yang biasa disingkat dengan UTS.  Cara saya menghadapinya sih biasa aja. Seperti pelajar kebanyakan yang baru belajar setiap malamnya. Saya pun begitu. Tadinya, saya ingin melakukan ritual dulu. Ritual lempar koin. Kalo koinnya menunjukkan angka, saya akan main twitter. Kalo koinnya menunjukkan lambang Garuda, saya akan langsung tidur. Kalo koinnya berdiri, saya akan belajar. Sampai pagi. 

Setelah melakukan pertimbangan, ritual itu hanya akan merusak nilai saya. 

Senin

Hari ini ada 3 ulangan. Bahasa Inggris, Teori Olahraga, dan PKN. Yah, saking jagonya, saya mengerjakannya sambil tutup mata. Pelajaran-pelajaran ini sih, cuman butuh permainan logika. Seperti salah satu soal Teori Olahraga yang menanyakan, "Siapa penemu olahraga basket?"

Lalu saya jawab, "Ada di buku cetak." Beneran.

Selasa

Ulangan Kimia dan Bahasa Indonesia. Siapa takut? Jujur, takut juga sih. Apalagi Kimia. Saya udah belajar mati-matian, sampai akhirnya pasrah dan baru dapet kabar: gurunya nggak dateng dan ulangan ditunda keesokan harinya. Spontan, saya ngajak tos teman saya yang memberitahukan kabar gembira ini. Sekarang, tinggal Bahasa Indonesia. Sebagai penulis, rasanya aneh kalo saya dapat jelek di pelajaran ini. Saya udah belajar dari catatan saya yang seadanya. Saat ulangan, saya pun bisa mengerjakannya dengan cukup baik. Tinggal serahkan semuanya kepada yang di ruang guru. Guru Bahasa Indonesia saya. 

Rabu

Ini mimpi buruk. Ulangan Kimia yang ditunda akan dilaksanakan pada hari ini. Bersamaan dengan ulangan Sejarah dan Matematika. Pertama, ulangan Sejarah saya lewati dengan percaya diri. Tapi nggak tahu deh, ulangannya percaya sama saya atau nggak. Lanjut ke Kimia. Saya berharap gurunya nggak datang lagi sambil menunggu di luar kelas. 5 menit... 10 menit... 15 menit... belum ada tanda-tanda kehadirannya. Penasaran, saya langsung ke kantor kepala sekolah, menanyakannya dan jawaban kepala sekolah saya, "Tunggu, nanti gurunya datang. Kena macet." 

Arrggggh...

Dan... benar seperti yang dikatakan kepala sekolah saya. Gurunya datang nggak lama kemudian. Saya berkali-kali bilang dalam hati, "Ini hanya ilusi... Pasti berlangsung sebentar aja." Tapi pikiran saya itu jadi kacau saat mendengar suara, "Nomor satu..." Argh, ini pasti ilusi tingkat tinggi. 

Saya akhirnya bisa menyelesaikan ulangan Kimia ini dengan keadaan pasrah. Nggak sampai di sini aja, penderitaan saya berlanjut ke ulangan Matematika. End of the world

Saat menulis soalnya di papan, si guru Matematika bilang, "Soalnya gampang, kok." 

Rasanya ingin saya balas, "Iya, soalnya gampang. Tapi jawabnya susah, jendral!" tapi saya urungkan niat itu setelah menimbang-nimbang kertas ulangan saya akan dirobek dan langsung disuruh pulang. Saya mengerjakan soal Matematika dengan semampunya. Dan setelah selesai, saya langsung meminta untuk diperiksa hari itu juga. Saya dapet 4. 

Nilai yang cukup memuaskan di pelajaran yang saya benci ini. Sebuah prestasi yang layak untuk saya laminating, bingkai, lalu tempel di kamar guru Matematika. 

Kamis

Ulangan TIK dan Akuntansi. Saya nggak masuk karena hujan. Pukul 06.30, saya udah siap dengan seragam. Mau berangkat ke sekolah, tiba-tiba hujan besar. Menunggu, menunggu, dan menunggu. Pukul 07.00, masih hujan besar. Saya disuruh ke sekolah menggunakan payung, tapi saya tolak karena sebenarnya memang malas sih. Ingin berangkat dengan sendal juga nanti beceknya sampai ke celana. Kebetulan, seragam hari ini batik-putih. Nanti kotor, nyucinya jadi repot. Pukul 07.30, masih hujan. Saya langsung ganti baju dan langsung naik ke atas untuk tidur. Biarin. 

Jumat

Ulangan Fisika bisa saya lewati dengan cukup memuaskan. Menurut saya. Nggak tahu deh kalo menurut gurunya. Dilanjutkan ulangan Agama yang hanya membutuhkan iman untuk menjawabnya. Udah dipastikan, jawaban nggak jauh-jauh dari: mencintai sesama, rajin berdoa, hidup sehati-sejiwa, saling membantu dan menghargai. Sisanya, pertanyaan tentang hak asasi manusia. Kecil. 

Sabtu

Hari terakhir. Malam sebelumnya, saya sempat belajar Biologi. Tentang sistem pernapasan. Tapi, saya harus mengorbankan tugas presentasi. Iya, setelah ulangan, saya rencananya disuruh maju untuk presentasi tentang Sistem Ekskresi. Malah belum buat sama sekali. Kalo belajar materi presentasi, nanti ulangan besok gimana? Saat itu, saya baru aja selesai mengedit postingan blog sebelah. Lalu, saya pun memilih belajar untuk ulangan besok. Presentasi, minggu depan aja. 

Selesai belajar (nggak semuanya juga), saya pun langsung tidur sambil menaruh buku cetak Biologi di bawah bantal. Mitosnya, supaya materinya semakin terserap di otak. 

Hari Sabtu telah tiba dan diawali oleh ulangan Bahasa Mandarin. Okelah, bisa. Bisa menangis. Huruf-hurufnya susah, men. Setelah selesai, ulangan dilanjutkan lagi oleh pelajaran Biologi. Saya lalu memberitahu dulu bahwa presentasinya belum saya selesaikan, karena harus belajar untuk ulangan hari ini. Untung gurunya pengertian. Guru Biologi memberi waktu belajar kurang lebih 10 menit sebelum ulangan dimulai. Saya akan memanfaatkan waktu ini dengan baik. 

Begitu membuka tas, cetak Biologi saya nggak ada. Sial. Saya baru ingat, buku cetak yang saya cari itu masih ada di bawah bantal. Syit, di keadaan seperti ini. Mau nggak mau, belajarnya nebeng teman sebelah dulu. Paling nggak, ada sedikitlah yang bisa dipelajari. 

Ulangan dimulai, ulangan selesai. Iya, cepet kan. Soalnya panjang kalo harus saya tulis soal dan jawabannya di sini. Di luar dugaan, nilai saya paling tinggi sekelas. Ini pasti berkat buku cetak Biologi yang saya taruh di bawah bantal semalam. Pasti. Setelah Biologi, UTS ditutup oleh pelajaran Seni. Ya, lumayan gampang. Hanya gambar-gambar sketsa telinga, lalu diarsir.

Bel pulang sekolah berbunyi. Saya langsung pulang seperti biasa. Sampai di rumah nanti saya ingin tidur. Nggak sampai 5 menit, saya udah sampai di rumah. Maklum, jaraknya sangat dekat. Setelah ganti baju, saya lalu naik ke atas, ke kamar saya. Sebelum menghempaskan badan ke kasur, saya bergumam dalam hati, "Akhirnya selesai juga." Yeah!

6 komentar:

  1. Kan hari kamis anda tidak masuk sekolah? Berarti penderitaannya belum berakhir dong?

    BalasHapus
  2. Sepertinya bisa diterapin tuh naruh buku cetak di bawah bantal, brillian! :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asal nggak lupa dimasukkin ke tas pas bangun.

      Hapus
  3. brave yourself nak muda, ulangan susulan sudah menanti anda haha

    BalasHapus
  4. Wih tinggikan nilai matematika gue. Matematika gue dapet 6.

    BalasHapus


Kevin Anggara © 2014 | Designed by @kevinchoc