Hari Sabtu kemarin, saya tidak masuk sekolah karena sebuah alasan yang sangat religius. Sembahyang. Iya, religius sekali bukan? Padahal mah, tidak se-religius yang kalian bayangkan.
Malam sebelumnya, saya harus sembahyang untuk persiapan Cap Go Meh. Saya dan keluarga menyiapkan buah-buahan, kue, telur, dan masih banyak lagi. Kata Kakek saya, sembahyang dimulai tepat pukul 12:00 malam. Tapi ya namanya orang Indonesia, darah ngaret mengalir di tubuh kita. Setelah persiapan selesai sebelum pukul 12:00 malam, entah kenapa sembahyang malah delay dan baru dimulai pukul 01:00 dini hari.
Saya melaksanakan sembahyang seperti biasa. Mengambil dupa, membakarnya, berdoa, kemudian menancapkannya di tempat yang sudah disediakan. Oiya, tradisi buka pintu dan jendelanya masih berlaku. Selama sembahyang berlangsung, pintu dan jendela sengaja dibiarkan terbuka.
Setelah selesai sembahyang, saya malah harus membuka lipatan kertas yang sudah dibuat sebelumnya (nantinya, kertas ini akan dibakar). Jangan tanya ada berapa banyak. Saya yang membuka lipatan kertas ini bertujuh dengan anggota keluarga saya menghabiskan waktu satu jam. Jam di hape saya sudah menunjukkan pukul 02:30. Sambil membuka lipatan kertas, saya mengirimkan pesan lewat aplikasi chatting yang ada di hape ke teman sekelas saya, "Bro, nanti gue nggak masuk. Izin sembahyang. Sekarang aja gue masih ngelipet kertas. Nih buktinya:
Suratnya nyusul."
Selesai mengirim pesan tersebut, saya langsung lega karena tiga alasan. Alasan pertama: setelah selesai membuka lipatan kertas, saya bisa tidur tanpa harus takut dibangunkan oleh alarm. Alasan kedua: saya nanti tidak sekolah. Alasan ketiga: saya tidak sekolah dengan izin yang (cukup) religius.
Proses membuka lipatan kertas selesai, jam sudah menunjukkan pukul 03:15. Sekitar tiga jam lagi, kalau saya memaksakan untuk masuk sekolah, yang ada nanti saya ngantuk di kelas. Malah hari ini ada ulangan Biologi. Demi kepentingan nilai ulangan saya dan tanpa harus membuat rapat yang menentukan saya harus ngapain, saya memilih tidur.
Semoga guru saya tidak membaca postingan ini.
Wuihh berasa aneh yaa kalo pake "saya" :'(
BalasHapusNamanya juga tempat latihan nulis :p
HapusSaya sangat terkesan dengan blog ini. Simpel dan menarik. :v
BalasHapusSemoga betah.
HapusSaya mau angpao.
BalasHapusSaya belum nikah.
HapusKesannya beda banget sama blog sebelah kak :v
BalasHapusMemang sengaja dibuat beda, Kak. :)
HapusMau nanya dong. Kalo lipatan kertas yang sebelumnya sudah dibuat itu tujuannya buat apa sebelum dibuka buat dibakar? Cuma pengen tau tradisinya, oh iya makasih juga atas jawabannya..
BalasHapusJadi gini, lipatan kertasnya dibuat sebelum Cap Go Meh. Kemudian saat hari-H tiba, lipatan kertasnya dibuka (ada bentuknya gitu), lalu dibakar. Sebagai simbol "uang" bagi leluhur yang sudah meninggal. :)
HapusCara ngelipet kertas-nya beda-beda ya._. rajin kalee kau nakk (^-^)//(-,-")
BalasHapusKeluarga temen juga ada yang ngelipet kertas, beda juga.
HapusKo itu kertasnya bentuk kapal" an bukan dulu aku begitu soalnya
BalasHapus